AUTISME
Autisme adalah gangguan otak yang sering membuat penderita sulit untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Pada autisme, beberapa wilayah otak gagal bekerja sama.
Kebanyakan penderita autisme akan selalu memiliki masalah untuk berhubungan dengan orang lain. Tetapi dengan diagnosis dan pengobatan dini, penderita autisme akan sangat terbantu untuk mencapai potensi penuh mereka.
Apa yang Menyebabkan Autisme?
Autisme cenderung menurun di dalam keluarga. Para ilmuwan sedang mencoba untuk mencari tahu gen yang mungkin bertanggung jawab dalam mewariskan autisme. Studi-studi lain pun dilakukan untuk meneliti apakah autisme dapat disebabkan oleh masalah medis lainnya atau faktor lingkungan.Beberapa orang berpikir bahwa vaksin pada masa kanak-kanak menyebabkan autisme, terutama vaksin campak-gondong-rubela, atau MMR. Tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan hal ini tidak benar. Sangat penting untuk memastikan bahwa anak Anda mendapatkan semua vaksin pada masa kanak-kanak. Vaksin tersebut membantu menjaga anak Anda dari terkena penyakit serius yang dapat menimbulkan bahaya atau bahkan kematian.
Apa Saja Gejala Autisme?
Gejala hampir selalu dimulai sebelum anak berusia 3 tahun. Biasanya, saat pertama kali orang tua menyadari bahwa anak mereka belum mulai bicara dan tidak bertingkah laku seperti anak-anak lain seusianya. Tetapi bukan hal yang aneh jika seorang anak mulai berbicara pada usia yang sama dengan anak-anak seusianya, kemudian kehilangan kemampuan bahasanya. Gejala autisme meliputi :
- Keterlambatan dalam belajar bicara, atau tidak berbicara sama sekali. Seorang anak mungkin tampak tuli, meskipun tes pendengaran normal.
- Perilaku dan minat atas permainan yang berulang dan berlebihan. Contohnya termasuk: menggoyang tubuh berulang, keterikatan yang tidak biasa dengan obyek tertentu, dan dapat sangat marah ketika ada perubahan rutinitas.
Tidak ada “kekhasan” dari penderita autisme karena penderita dapat memiliki berbagai macam perilaku, mulai dari ringan sampai parah. Orang tua sering mengatakan bahwa anak dengan autisme, lebih suka bermain sendiri dan tidak membuat kontak mata dengan orang lain.
Autisme mungkin juga menimbulkan masalah lain seperti :
- Anak memiliki kecerdasan di bawah normal.
- Remaja sering menjadi tertekan dan cemas, terutama jika mereka memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.
- Beberapa anak mendapatkan gangguan kejang seperti epilepsi hingga masa remaja mereka.
Bagaimana Autisme Didiagnosis?
Ada pedoman yang digunakan oleh dokter untuk melihat apakah seorang anak memiliki gejala autisme. Pedoman tersebut membagi gejala ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
- Hubungan dan Interaksi sosial. Misalnya, anak mungkin memiliki kesulitan membuat kontak mata. Penderita autisme mungkin sulit memahami perasaan orang lain, seperti rasa sakit atau sedih.
- Komunikasi verbal dan nonverbal. Misalnya, seorang anak mungkin tidak pernah berbicara. Atau dia mungkin sering mengulang kalimat tertentu terus menerus.
- Minat terbatas dalam kegiatan atau bermain. Misalnya, anak yang lebih muda sering fokus pada bagian-bagian mainan daripada bermain dengan mainan secara keseluruhan. Anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin tertarik oleh topik tertentu, seperti permainan kartu atau pelat nomor.
Anak yang dicurigai menderita autisme juga mungkin harus melakukan tes pendengaran dan beberapa tes lain untuk memastikan penyebabnya bukan karena beberapa kondisi medis lain.
Bagaimana Autisme Diobati?
Pengobatan untuk autisme melibatkan pelatihan perilaku khusus. Latihan perilaku memberikan penghargaan untuk perilaku baik (penguatan positif) untuk mengajar anak keterampilan sosial dan untuk mengajar mereka bagaimana untuk berkomunikasi dan bagaimana membantu diri mereka ketika mereka tumbuh dewasa.
Dengan pengobatan dini, kebanyakan anak autisme belajar untuk berhubungan lebih baik dengan orang lain. Mereka belajar untuk berkomunikasi dan membantu diri mereka sendiri ketika mereka tumbuh dewasa.
Tergantung dari sang anak, pengobatan juga dapat mencakup hal-hal seperti terapi bicara atau terapi fisik. Obat kadang-kadang digunakan untuk mengobati masalah seperti depresi atau perilaku obsesif-kompulsif.
Jenis pengobatan yang tepat bagi tiap anak bergantung pada gejala-gejalanya. Pengobatan berbeda untuk setiap anak dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Karena penderita autisme berbeda dari satu dengan yang lain, maka hal yang membantu pada satu orang, mungkin tidak dapat membantu bagi yang lain. Jadi pastikan untuk bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam pendidikan dan perawatan sang anak untuk menemukan cara terbaik dalam menangani gejala autisme.
Bagaimana Keluarga Anda Hidup bersama Anak dengan Autisme?
Bagian terpenting dari rencana perawatan sang anak adalah memastikan anggota keluarga lainnya mendapatkan pelatihan tentang autisme dan cara mengelola gejalanya. Pelatihan dapat mengurangi stres keluarga dan membantu anak Anda berfungsi lebih baik. Beberapa keluarga membutuhkan bantuan lebih banyak dari yang lain.
Ambil keuntungan dari setiap jenis bantuan yang Anda dapatkan. Konsultasi dengan dokter mengenai bantuan apa yang tersedia dekat dengan tempat tinggal Anda. Beberapa sumber yang mungkin yaitu keluarga, teman, lembaga-lembaga publik, dan organisasi autisme.
Ingat beberapa saran berikut ini:
- Rencanakan istirahat. Tuntutan sehari-hari merawat anak dengan autisme dapat menyita waktu dan stres. Merencanakan Istirahat dapat membantu seluruh keluarga.
- Dapatkan bantuan tambahan ketika anak Anda bertambah tua. Tahun-tahun remaja bisa menjadi waktu yang sangat sulit bagi anak autis.
- Berkomunikasi dengan keluarga lain yang memiliki anak dengan autisme. Anda dapat berbicara mengenai masalah Anda dan berbagi saran dengan orang-orang yang memahami.
Membesarkan anak dengan autisme butuh kerja keras. Tetapi dengan dukungan dan pelatihan, keluarga Anda dapat belajar bagaimana mengatasinya.
Penyakit ini bisa juga diobati dengan terapi Akupunktur, oleh
dr. Dewi, Akp (0856-450-30-453) "796B5AD5"
Jl. Bratang Binangun VII/ 3A Surabaya
SCHIZOPHRENIA
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami skizofrenia, seorang dokter umumnya akan mewawancarai pasien sekaligus teman dan keluarga si pasien. Biasanya, psikiater-lah yang lebih ahli dalam mendiagnosa skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang memengaruhi fungsi otak manusia, fungsi normal kognitif, emosional, dan tingkah laku. Penderita gangguan skizofrenia biasanya kehilangan respons emosional, menarik diri dari pergaulan, dan mengalami halusinasi serta delusi.
Tanda-tanda premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain:
#1 tidak mampu mengekspresikan emosi (bersikap acuh tak acuh, jarang tersenyum, dan raut wajah dingin)
#2 terjadi penyimpangan komunikasi. Penderita sulit berbicara secara terarah dan cenderung menyimpang dari pembicaraan (tanjential) atau berputar-putar dalam pembicaraan (sirkumstansial)
#3 mengalami gangguan atensi (tidak mampu berfokus, mempertahankan, atau memindahkan atensi)
#4 mengalami gangguan perilaku (bersikap tertutup, pemalu, tidak disiplin, tidak suka bersosialisasi, tidak dapat menikmati rasa senang, mengganggu dan menantang tanpa alasan yang jelas)
Orang dengan gangguan skizofrenia memiliki minimal satu dari gejala-gejala berikut ini:
#1 Halusinasi. Penderita mendengar suara manusia atau suara lainnya yang sebenarnya tidak nyata, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
#2 Delusi. Penderita dengan sangat teguh mempercayai sesuatu yang tidak nyata; menginterpretasikan dunia yang berbeda dengan kenyataan.
#3 Kurang enerjik, tidak bersemangat.
#4 Kebiasaan tidak merawat diri dengan baik.
Selain gejala umum di atas, ada beberapa gejala psikotik (disebut juga sebagai gejala tingkat-pertama). Gejala psikotik membuat skizofrenia lebih mudah dideteksi pada seseorang. Berikut ini adalah gejala psikotik:
#1 Mendengar pikiran-pikirannya sendiri seperti berbicara dengan keras
#2 Merasa bahwa ada dorongan dari luar yang berusaha memasukkan atau mengeluarkan pikiran tertentu dari otak
#3 Merasa bahwa orang lain dapat membaca pikirannya
#4 Merasa bahwa sebuah dorongan dari luar telah membuatnya merasakan, menginginkan, atau melakukan sesuatu dengan cara tertentu
#5 Mendengar suara-suara orang yang membicarakannya atau beradu pendapat tentangnya
#6 Mendengar suara yang mengiringi (menarasikan) apa yang sedang dia lakukan
#7 Berpakaian atau berpenampilan aneh
#8 Berperilaku seperti anak kecil, marah-marah atau berteriak-teriak tanpa alasan yang jelas
#9 Mengalami gangguan katatonik (katatonia), seperti berdiri lama, mengangkat alis sepanjang waktu, dan berjalan dengan jari kaki
Penderita skizofrenia biasanya ketakutan jika mengetahui bahwa gejala gangguan tersebut menimpa dirinya. Mereka akan menjadi paranoid dan berusaha menyembunyikan gejala tersebut dari dokter atau orang-orang terdekatnya.
Penderita skizofrenia tidak dapat sembuh dengan sempurna, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik, penderita dapat ditolong untuk tetap berfungsi normal. Mereka bisa dibantu sehingga masih bisa bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Kesabaran keluarga dan teman-teman sangat berperan bagi pengobatan mereka.
BIPOLAR DISORDER
Apa itu bipolar disorder?
Gangguan bipolar (bipolar disorder) adalah gangguan pada perasaan seseorang akibat masalah di otak, ditandai dengan perpindahan (swing) mood, pikiran, dan perubahan perilaku. Penderita mengalami perubahan mood yang dramatis, dari episode manic dan episode depresi selama periode waktu tertentu. Episode manic ditandai dengan kondisi mood yang sangat meningkat (hipertimik) atau irritable (mudah marah dan tersinggung), episode depresi ditandai dengan mood yang sangat menurun (hipotimik). Di antara kedua episode mood tersebut terdapat masa mood yang normal (eutimik). Istilah bipolar merujuk pada kondisi pasien yang mengalami perpindahan mood antara dua kutub atau spektrum emosi yang berlawanan tersebut.
Bipolar adalah jenis penyakit psikologi, di tandai dengan perubahan mood (perasaan) yang sangat ekstrim, yakni berupa depresi dan mania. Mereka mengalami mood-swing, yakni pergantian mood yang cepat dan sangat ekstrim.
Mood ini sangat berlawanan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga perubahan mood yang ekstrim ini mengakibatkan penderitanya dalam keadaan sangat tertekan. Ketika berada pada kondisi mania, mereka bisa sangat berbahagia. Sebaliknya, ketika moodnya berubah pada kondisi depresi, mereka akan merasakan kesedihan yang menyayat-nyayat. Oleh karena itu pada pengindap penyakit bipolar ditemukan kecenderungan untuk bunuh diri.
Apa saja tanda dan gejala yang ditunjukkan :
a. Mania
Mania merupakan episode pertama perubahan mood penderita penyakit bipolar yang ditandai dengan beberapa gejala, yaitu:
- Gembira berlebihan
- Mudah tersinggung sehingga mudah marah
- Merasa dirinya sangat penting
- Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
- Penuh ide dan semangat baru
- Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
- Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
- Nafsu seksual meningkat
- Menyusun rencana yang tidak masuk akal
- Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
- Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
- Menghamburkan uang
- Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
- Merasa sangat mengenal orang lain
- Mudah melempar kritik terhadap orang lain
- Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
- Sulit tidur
b. Hypnomania
Tingkatan ini merupakan episode kedua perubahan mood, antara lain:
- Suasana hati kembali tenang
- Kehidupan seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi
- Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas
- Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah
- Penurunan kebutuhan untuk tidur
c. Depresi bipolar
Ini merupakan tahap ketiga perubahan episode mood penderita bipolar disorder yang ditandai dengan beberapa hal berikut:
- Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
- Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
- Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
- Tidak mampu merasakan kegembiraan
- Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
- Sulit konsentrasi
- Merasa tak berguna dan putus asa
- Merasa bersalah dan berdosa
- Rendah diri dan kurang percaya diri
- Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
- Berpikir untuk bunuh diri
- Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
- Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
- Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
- Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare
- Kehilangan gairah seksual
- Menghindari komunikasi dengan orang lain
- Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.
d. Gejala campuran
Ini adalah episode terakhir bipolar disorder yang ditandai dengan beberapa hal berikut:
- Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana hati membuat keinginan bunuh diri semakin tinggi
- Merasakan energi yang berlebihan
- Tidak bisa tidur
- Muncul ide-ide yang berputar di kepala
- Agresif, dan panik
- Kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya
- Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya
- Memiliki pandangan pribadi tentang kematian
- Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol
CIRI-CIRI UMUM BIPOLAR
1. Ecapism -- Sama seperti gangguan psikologi lainnya -- seperti borderline personality disorder-- pengidap penyakit bipolar disorder memiliki sifat ecapism.
Ecapism dapat diartikan sebagai sifat menjauhi masalah, menarik diri dari masalah. Oleh karena itu orang yang mengidap penyakit bipolar disorder acapkali membayangkan pergi ke suatu tempat yang sangat jauh; tempat dimana ia tidak mengenal orang dan tidak dikenal oleh orang lain.
Dalam beberapa kasus pengidap bipolar disorder benar-benar meninggalkan keluarganya dengan alasan yang agak sulit diterima akal.
Mengapa mereka ingin pergi? Sebenarnya mereka mencari ketenangan. Mereka ingin hidup tanpa ada "kebisingan" dalam pikiran dan jiwanya, tidak ada tekanan-tekanan yang menghimpit pikiran dan perasaannya, atau bahkan untuk menjauhi godaan-godaan tertentu.
2. Seni -- Pengidap penyakit bipolar disorder juga merupakan bagian dari "big fans of art." Mereka adalah pecinta dan penikmat seni. Darah seni mereka mengalir deras mulai dari seni lukis hingga seni-seni abstrak. Mereka juga bisa menyukai fotografi, film, dan semua yang bersentuhan dengan seni. Dan setidaknya mereka sangat mudah menciptakan puisi dan menikmatinya.
3. Kematian -- Pengidap penyakit bipolar disorder setidaknya pernah berpikir untuk mati atau bunuh diri. Konon 30% dari pengidap bipolar disorder mati karena bunuh diri. Ketika artikel ini ditulis, salah satu penderita bipolar disorder meninggal secara mengenaskan. Dialah Robin Williams. Kita mungkin pernah menonton filmnya, Jumanji.
Mengapa ingin mati? Tidak semua pengidap bipolar disorder menjawabnya dengan jawaban sama. Sebagian karena mereka benar-benar ingin "pergi" dari kehidupan sekarang. Ada juga karena memang tidak tahan terhadap tekanan hidup.
Ketika berada dalam kondisi depresi, pengidap bipolar disorder merasakan kesedihan yang amat sangat. Apabila kesedihan itu berlarut-larut, ia seperti racun yang mematikan secara perlahan-lahan. Oleh karena itu, perlu adanya seorang pendamping di masa-masa depresinya.
Cara dan tips mengatasi penyakit bipolar disorder
Cara untuk mengurangi atau mengelola stres dalam hidup Anda misal relaksasi. Pejamkan mata anda dan konsentrasi, buang semua fikiran negatif dalam diri anda, antur napas yang teratur
Hindari menggunakan produk rumah, kebun dan lain-lain, yang beracun, misal seperti perbersih porselin yang berbau menyengat, dan pupuk-pupuk beracun lainnya.
makan makanan organik, dan minum air murni bukannya air keran.
Hindari makanan dan zat lain yang menurut Anda alergi bagi Anda.
Hindari makanan aditif(candu), terutama jika gejala Anda tampaknya memburuk setelah menelan aditif.
Makan makanan yang sehat, diet seimbang juga Hindari junk food, makanan cepat saji, dan makanan olahan yang tak aman.
Bekerja dengan dokter Anda untuk menentukan apakah Anda memiliki kondisi medis yang menghasilkan gejala
bipolar.
Konsultasikan dengan dokter Anda tentang apakah ada obat yang kita pakai mungkin berkontribusi terhadap gangguan bipolar Anda juga bertanya tentang anti depresan Anda atau mempertimbangkan pengambilan, beberapa dapat menghasilkan mania.
Batasi atau hindari konsumsi alkohol dan kafein. Hindari narkoba, terutama stimulan seperti kokain dan amfetamin.
Tidur yang cukup. Cobalah untuk menghindari“begadang.”
Dapatkan olahraga secara teratur. Pastikan untuk menghabiskan waktu di luar setiap hari. Jika kekurangan cahaya adalah masalah bagi Anda, pertimbangkan untuk menggunakan spektrum penuh lampu di rumah Anda atau mendapatkan terapi cahaya.
Mengatasi ketidakseimbangan energi melalui akupunktur, homeopati, dan bentuk lain dari pengobatan energi. Mengeksplorasi isu-isu psychospiritual melalui psikoterapi atau modalitas lain
Obat dan cara untuk mengobati penyakit Bipolar Disorder
Obat-obatan yang digunakan biasanya pemberian antidepresan. Padahal obat-obatan antidepresan bukanlah obat yang tepat untuk gangguan bipolar dan justru akan memperburuk kondisi. Karena ini bukan masalah penyakit nyata, tapi penyakit pikiran dari suasana hati.
Nurmiati Amir, psikiater dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, mengatakan, kalau antidepresan diberikan pada orang dengan gangguan bipolar justru akan memicu episode manik. “Obat depresi mayor dengan gangguan bipolar berbeda. Maka orang dengan gangguan Bipolar tidak akan menunjukkan respons yang baik jika diberikan obat yang salah,”
Jika penggunaan antidepresan diteruskan, maka akan terjadi siklus yang cepat antara episode manik dan depresi
Salah diagnosis gangguan bipolar biasanya terjadi karena episode yang sering ditemukan di awal adalah depresi. Bahkan episode ini bisa terjadi berulang-ulang sebelum episode manik muncul. Khususnya pada wanita.
Obat-obatan yang digunakan untuk gangguan bipolar adalah obat golongan mood stabilizer. Kerja obat ini adalah untuk menekan perubahan mood antara manik dan depresi.
Obat-obatan mood stabilizer antara lain terdiri dari mineral seperti litium, dan anti-konvulsan. Sejauh ini hanya obat-obatan tersebut yang memberikan dampak untuk pengobatan gangguan bipolar. Menurut Nurmiati, belum ada obat-obatan herbal untuk mengatasi gangguan bipolar.
Semua penyakit-penyakit berat ini, dapat di atasi dengan AKUPUNKTUR tanpa obat apapun.
Berminat ???
Hubungi ----- > dr. Dewi, Akp (0856-450-30-453) di Jl. Bratang Binangun VII/ 3A
Surabaya - Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar